Carut marut dunia per-Indonesia-an memang tidak akan mudah untuk dibenahi. Semua orang saling teriak maling. Semua orang saling tuding. Setiap orang saling menyelamatkan diri. Setiap orang saling menghianati. Sudah tidak ada yang bisa diharapkan untuk bisa memperbaikinya.
Korupsi dan kolusi masal ini sudah mendarah daging, hingga dalam 100 tahun kedepan pun rasanya sulit untuk menghilangkan budaya ini. Bayangkan saja bila harus mengganti semua orang-orang yang saat ini duduk disemua lapisan pemerintahan. Hal yang tidak mungkin dilakukan. Opsi selanjutnya dengan mengkader jiwa-jiwa muda yang idealis untuk bertahap menggantikan mereka. Pertanyaan yang kemudian muncul, apakah tidak akan terkontaminasi oleh senior yg semuanya sudah bahu-membahu dalam kejahatan.
Bila sudah seperti itu solusi apa yang paling baik untuk negeri ini merupakan PR bersama yang harus dicanangkan mulai saat ini. Hanya sudah pasti semua merasa punya solusi untuk masalah itu, oleh karenanya hampir semua orang merasa mau menjadi pemimpin untuk negeri ini. Lebih parahnya kelompok “sakit hati” akan selalu terbentuk bila gagal dan sifat destructive akan lansung dilancarkan pada yang mereka anggap sebagai rezim. Rakyatlah yang menderita kemudian.
Awalnya demokrasi menjanjikan kebaikan pada negeri ini. Dalih demokrasi menjadikan semua berlomba-lomba mendirikan komunitas masing-masing. Sejuta partai terbentuk dengan masing-masing mengusung tema yang sebenarnya sama satu sama lainnya. Pengambilan keputusan ditingkat legislatif sama halnya suit anak TK yang memperebutkan tempat duduk dipojok ruangan. Kebebasan pers dan berbicara lebih sering disalah gunakan untuk kepentingan pribadi dan golongan.
Sebenarnya apa yang dibutuhkan negeri ini untuk menjadi lebih baik bukanlah bercermin pada negara lain yang lebih maju. Sehingga tidak perlu yang namanya studi banding untuk membenahi sistem ketatanegaraan negeri ini. Suatu sistem berjalan seiring waktu sesuai dengan kebutuhan dan sangat dipengaruhi oleh sejarah pelaksanaan sistem itu sendiri. Hal itu yang menyebabkan hasil studi banding dipastikan tidak akan bisa diterapkan dengan hasil yang sama dimananapun itu berada.
Bercermin pada diri sendiri itulah yang bisa menjadikan negara ini kuat. Keragaman kultur dan budaya bisa menjadi solusi memberantas kemiskinan. Kekayaan alam dan manusia bisa dijadikan modal pembangunan. Tancapkan nasionalisme pada setiap warga akan menjadikan negara ini pantang mundur menghadapi gertakan luar. Semua sepertinya sudah tersedia dinegara kita ini. Kita hanya perlu mengetahui dan mengolahnya.
Selanjutnya...